DIARY MEMALUKAN SEORANG PENGGEMAR UNITED.
22 September 2021
Lingard masuk lagi setelah loan, Ronaldo yang wajahnya berubah setelah pergi tahun 2009 juga datang lagi untuk bersaing dengan Martial. Varane datang dan kombo dengan Maguire, dan Sancho mendamprat Daniel James yang pergi ke Leeds, beberapa jam sebelum bursa transfer direkap.
Pemain yang tidak perlu ada lagi di skuad mulai dibuang. Mula-mula kiper Sergio Romero dibikin ngambek, lalu Fosu-Mensah, Axel Tuanzebe, kemudian Andreas Pereira, dan nama terakhir yang saya sebut diatas.
Ole masih tetap dengan performa yang itu. Performa yang dahulu. Performa yang kemarin. Yang hampir menang, hampir juara.
Dan hampir entah.
22 September 2002
(Catatan transfer musim panas Manchester United)
Setelah kepergian Ole Gunnar Solskjaer, para pemain bangkotan Manchester United mulai cabut. Kepergian mereka ditambal dengan para pemain baru. Alex Telles yang dinilai kurang cocok, dipinjamkan ke Sevilla, ia mungkin bukan pesaing Shaw, dan barangkali pula Shaw tidak betul-betul ideal sebagai bek pelari Manchester United: maka datanglah Tyrell Malacia dari Feyenoord, dengan harga terjangkau. Penjaga gawang Dean Henderson dipinjamkan ke Nottingham, ia masih muda dan perlu jam terbang, dan klub tak pernah meragukan kualitas David De Gea, kepergian Henderson, yang berarti hanya menyisakan Tom Heaton sebagai pelapis, membuat manajemen melakukan peminjaman di deadline transfer: dan datanglah Martin Dubravka dari Newcastle United dengan opsi permanen di akhir musim.
Aaron Wan-Bissaka tak laku dijual. Dan Diogo Dalot nyaris melakukan tugasnya sebagai bek kanan. Selain itu, buruknya performa bek tengah Manchester United memang tengah disorot, dan media, pada paruh awal bursa transfer, menyebut jika Ten Hag menginginkan Timber, tapi pemain itu tak datang, dan kemudian datanglah bek tengah dari Argentina, pemain berkaki kidal dengan postur yang tak tinggi-tinggi sekali seperti Van Dijk atau Vastergaard, itu adalah Lisandro Martinez. Posturnya 176 cm, dan terlihat seperti lelaki Indonesia pada umumnya. Martinez telah memainkan hampir seluruh laga Manchester United sebagai pemain utama, bersama dengan Raphael Varane, tentu disokong dengan Maguire dan Lindelof di belakang mereka. Martinez menepis keraguan setelah dua kekalahan memalukan di Liga Inggris, dan ia betul-betul bertarung setelahnya.
Beralih ke gelandang: Nemanja Matic pergi ke Roma, ia pergi ketika umurnya mencapai 33 tahun, sementara Paul Pogba merapat ke Juventus, dan kita tahu Casemiro adalah pemain yang diperkenalkan di Old Trafford menggantikan peran mereka, bukan Frenkie De Jong seperti yang digemborkan media. Casemiro adalah gelandang perusak dan petarung, ia mengingatkan saya dengan Roy Keane dan Park Ji-Sung.
Lalu Cristian Eriksen datang sebagai pemain bebas transfer dari Brentford, ia tipikal pemain tengah yang cepat dan jenius. Kehadirannya memang membuat lini tengah Ten Hag lebih dominan. Di awal musim ia selalu bermain bersama Bruno Fernandes, dengan Scott McTominay yang selalu dimainkan di belakang mereka sejak awal. Eriksen menambah daya gedor setelah perginya Juan Mata ke Liga Arab, dan hengkangnya Jesse Lingard ke Nottingham Forest. Kedatangannya membuat Fred dan Van De Beek dicadangkan pada hampir setiap laga.
Pada posisi penyerang, seperti keyakinan pertama saya, Martial sulit dijual, dan klub tak mendatangkan striker, kecuali memasang Rashford sejak awal, atau menggantinya dengan Ronaldo yang bermain dari bangku cadangan. Perginya Edinson Cavani sebagai juru gedor tentu menyisakan lubang, terlebih setelah Martial dan Rashford kembali cedera saat liga belum berjalan separuh. Tapi sepertinya Ten Hag memiliki rencana dan alasan lain, sebab pada tiap laga, hampir semua gol-gol Manchester United datang dari pos sayap dan penyerang kreatif. Dan ini berkaitan dengan transfer saga terakhir, ketika manajemen memutuskan untuk mendapatkan jasa lelaki Brazil bernama Anthony.
Anthony Santos kemudian menjadi pembelian yang terakhir. Ia ditebus dari Ajax dengan harga yang mahal. Itu memang pembelian ideal setelah pos sayap kanan hanya diisi Anthony Elanga, dan tak menutup kemungkinan akan bertambah buruk sebab Greenwood, kita tahu, ia tidak begitu menyenangkan. Jadon Sancho dan Anthony Santos adalah dua kupon ajaib.
Saya hanya berharap Manchester United finish dan lolos semampu mereka. Dengan skuad itu, rasa-rasanya kita masih diperbolehkan untuk mengharapkan keyakinan tentang medali dan nomor urut.
Kita para suporter sudah terlalu sering memakai alasan-alasan yang tak perlu. Biarlah pemain-pemain itu membuktikan kemampuan mereka sendiri.
23 Januari 2023
Setelah lari sekencang-kencangnya seusai gelaran Piala Dunia kemarin, mengalami win streak yang nyaris tanpa cela, melakukan pukulan balik kepada Manchester City di Old Trafford, kini Manchester United tampak kehilangan tenaga. Meskipun penonton masih bisa merasakan spirit pemain seperti Casemiro, Varane, dan Martinez dari hentakan kaki dan teriakan mereka saat berhasil menghalau bola. Namun, kegagalan mereka mempertahankan poin di 10 menit akhir waktu normal membuat pondasi kokoh mereka porak-poranda. Ketajaman penyerang masih menjadi pe er Erik ten Hag, setidaknya sampai paruh kedua berakhir. Ini memang kebutuhan yang tidak bisa dikendalikan, mengingat Manchester United, di paruh awal musim 2022 - 2023, meyakini Ronaldo akan tetap ada di barisan mereka, sebelum ia benar-benar pergi ke Arab dan memutus kontraknya. Wout Weghorst, lelaki jangkung Belanda itu yang dipinjam dari klub medioker Burnley jelas tak mampu mengisi lubang menganga di barisan depan, pikir saja, ia bahkan nyaris tak mampu membuat peluang melawan Palace, dan kini terakhir saat dikoyak-koyak Arsenal. Weghorst tampak seperti lelaki pohon kastanye yang hanya mampu memantulkan bola ke Eriksen dan Bruno Fernandes, lebih dari itu, finishing touch hanya ada di modal kaki Rashford. Ya Tuhan, seseorang harus membantu Rashford sebelum ia menjadi payah dan kehabisan tenaga.
Anthony Santos? Jadon Sancho? Martial? Agak lucu, jelas 3 nama itu butuh kartu As untuk membuka kotak pandora.
17 Agustus 2023
Sebetulnya Erik ten Hag memberi banyak perubahan sejak datang dari Ajax musim lalu. Ia seorang laki-laki Belanda yang tak pernah puas, disiplin, dan pandai mencari cara. Tugas pelatih di Man. United setelah kepergian Ole dan Ralf Rangnick tentu berbeda daripada Moyes yang datang meneruskan angkatan emas Sir Alex. Sedikit mengandalkan keberuntungan, bangkit dari kekalahan dan kesialan, trophy pertama akhirnya berhasil diraih setelah final paling emosional di Wembley, dan membabat Newcastle dengan skor 2-0, hal yang sudah seharusnya terjadi di partai puncak itu. Namun ambisi Man. United belum final. Kekalahan di perempat Europa dan hancur di final Piala FA nyaris membuat seluruh pemain putus asa, terlebih keadaan semakin menyakitkan sebab di pertandingan penting dan akhir musim, selain gagal di dua turnamen terakhir, banyak sekali pemain Man. United harus menepi karena cedera, sebagian lagi bahkan tampil sangat buruk dan berujung caci maki para pundit dan penonton. Meskipun begitu, akhir musim Ten Hag sudah berakhir dengan catatan satu trofi Carabao dan finalis Piala FA.
Kini liga Inggris baru saja dimulai. Tugas di musim kedua adalah memperbaiki susunan pemain dan menjual beberapa pemain yang dianggap tak mampu lagi bersaing. David de Gea yang pertama, kepergiannya memang terasa tengik dan penuh kecaman, namun alasan Ten Hag dapat dipahami setelah Andre Onana pandai membawa bola dari kakinya, Onana merupakan kiper modern yang nyaman menahan dan mengumpan bola, hal yang tak mampu dilakukan De Gea selama di Man. United. Itulah hari di mana pengabdian De Gea dianggap telah selesai dan kerja kerasnya dimasukkan dalam jurnal pemain legenda klub. Lini belakang juga menjadi persoalan setelah berbagai kekalahan dengan skor yang sangat memalukan. Tapi belum ada gerakan transfer sampai hari ini, dan akan sulit rasanya jika tak ada perubahan dari manajer untuk perbaikan sektor belakang. Tapi yang pasti, itu karena sulitnya Man United menjual pemain untuk stabilitas skuad yang ada. Harry Maguire gagal pindah ke West Ham, meskipun David Moyes serius mendatangkannya, namun kesepakatan gaji dan bonus yang tak selesai dengan pihak Man. United membuat rencana transfernya dianggap batal. Ini pula yang membuat transfer Benjamin Pavard semakin tak jelas. Padahal Maguire tak mampu perform selama ia bermain. Ia seolah tutup telinga dari boo penonton dan amukan netizen.
Ada omongan bahwa Casemiro meminta satu duet yang bagus di lini tengah, musim lalu ia nyaris bertarung sendirian di sana, dengan memberi sumbangan banyak umpan dan gol. Nama Amrabat yang sering terdengar, tetapi belum ada penawaran resmi sebelum Man. United berhasil menjual terlebih dulu dua gelandangnya. Mula-mula Fred yang pertama, ia dijual ke Fenerbahce setelah terasing di musim lalu. Satu nama lagi yang digadang-gadang bakal pergi antara Donny Van de Beek yang semakin dekat dengan Real Sociedad, atau McTominay yang semakin sulit bersaing. Umurnya masih muda. Beberapa klub semenjana liga Inggris tertarik dengan pemain Skotlandia itu.
Mason Mount adalah ledakan pertama di Old Trafford, yang langsung menggeser posisi Eriksen dan ia berada lebih sejajar dengan Bruno Fernandes. Ini tentu ada kaitannya dengan pola serangan Man. United yang memungkinkan untuk selalu diubah. Pelayan bola yang baik di lini tengah akan membuat kontribusi yang bagus untuk penyerang. Seorang predator yang haus gol. Kemudian muncullah transfer ketiga Man. United. Transfer saga. Yang datang adalah penyerang muda dan seorang pelari dan target man di kotak penalti. Ia Rasmus Hojlund. Kelahiran Denmark. Fisiknya hampir serupa dengan Halaand, kuat berduel, tahan memegang bola, memiliki akurasi dan tendangan yang keras. Penyerang tengah memang sangat dinantikan publik Old Trafford setelah kepergian Ronaldo dan Cavani, walaupun musim lalu tim berhasil mengandalkan kemampuan Rashford setelah menyumbang banyak gol di posisi itu, tapi orang tahu bahwa ia tak cukup nyaman berada di bagian itu. Dan kini Hojlund akan menggantikannya. Seru melihat bagaimana Man. United akan bersaing di musim ini.
Liga memang sudah dimulai lagi, tapi transfer belum sepenuhnya selesai.
10 November 2023
Jadi mari kita berbicara tentang statistik. Musim lalu Ten Hag berhasil finis di peringkat 3, hasil yang mengejutkan mengingat pada awal liga tim itu terseok-seok dan selalu kepayahan untuk menang. Arsenal gagal juara, orang kemudian tahu dan menggigit bibirnya berkali-kali setelah City, dalam beberapa tahun terakhir, mengubah Liga Inggris menjadi liga petani, kasusnya hampir sama dengan PSG di Perancis dan Bayern Munchen di Jerman. Tapi di Inggris tentu berbeda, orang-orang menilai di Britania lebih kompetitif, semuanya tak ada yang dominan dan seluruh pemain yang mentas di lapangan sangat selektif. Musim lalu Manchester United banyak dibantu dengan Casemiro, Bruno Fernándes, dan terutama Marcus Rashford dengan perolehan gol-gol dan asisnya yang turut membantu Manchester United bangkit dan melawan. Pada puncaknya, mari kita menghitung apa yang didapatkan Manchester United dan Erik Ten Hag setelah badai cedera dan inkonsistensi di awal liga. Hasilnya adalah, satu piala Carabao Cup setelah berhasil mengganyang Newcastle di Wembley. Dua biji gol membantu Manchester United mengangkat trofi setelah puasa lebih dari lima musim. Mereka finish di posisi ketiga di Liga Inggris, lolos sebagai finalis dan berduel dengan City di Piala FA, walaupun harus merelakan tetangga berisik itu meraih juara dan merelakan lagi rekor trebel Inggris pertama sejak tahun 1999. Itu berarti City sedang berada di masa-masa kejayaan yang pernah dirasakan Manchester United. Selain itu, Ten Hag membawa Manchester United berada di Perempat Final di Piala Eropa, meski harus tersingkir sebab gol-gol konyol yang seharusnya tidak terjadi. Itu sebenarnya hasil yang mengejutkan, orang-orang nyaris tertipu dengan plot terakhir ini. Bagaimana Newcastle dan Liverpool bisa berada di belakang Manchester United, padahal kita tahu Liverpool adalah aktor yang membuat Manchester United babak belur digilas tujuh gol di Anfield. Tapi ini sepakbola, dan hasil selalu melebihi statistik. Angkat tangan untuk Ten Hag dan pembelian di musim pertamanya, Martinez dan Casemiro berada di jalur top perform. Ten Hag adalah pelatih Belanda yang lebih disanjung ketimbang Luis Van Gaal saat ia gagal dengan generasi bintangnya.
15 November 2023
Ternyata setelah pembelian Mason Mount dan André Onana yang dibeli dari Inter, kemudian datanglah bomber yang sebelumnya selalu dikait-kaitkan. Ia Rasmus Hojlund. Tetapi usia mudanya yang hampir mirip ketika Rooney pertama kali datang dari Everton tak bisa menjamin karirnya di Inggris bakal moncer. Ia harus selalu bertarung, karena ia tampil di klub besar dan menjadi penyerang tunggal utama, menyingkirkan Martial yang tak lagi berguna dan masa depan penyerang pembantu yang sepertinya tidak datang di musim ini. Hojlund nyaris sendirian, ia tak punya teman dan selalu kehabisan cara. Ten Hag tak bisa meniru Ferguson, dalam hal berduet dan mengoperasikan penyerang. Harusnya ada perbedaan ketika ia mendatangkan penyerang muda. Saat Rooney datang di Old Trafford, ada Van Nistelrooy dan Berbatov yang berbagi waktu dengannya. Louis Saha berbagi peran dengan Teddy Sheringham. Atau Ronaldo yang berbagi tempat dengan Luis Nani dan Chicharito saling mengisi dengan Robin Van Persie. Duet-duet itu kemudian diteruskan, Di María dengan Falcao, Alexis dengan Martial, Lukaku dengan Ibrahimovic, dan yang terakhir Rashford dengan Cavani. Tapi situasinya jelas berbeda saat Rashford yang terlalu ambisi sama-sama tak memahami visi yang ditetapkan untuk Antony atu Bruno. Permainan pragmatis mereka betul-betul membosankan. Dan bola tak pernah sampai ke Hojlund, seringkali ia sendiri yang harus naik turun mencari bola, mendekat ke ruang kosong, dan kadang-kadang ia terhimpit oleh press lawan yang semakin membuat permainan Manchester United berantakan. Sampai hari ini Hojlund masih puasa gol di Liga Inggris. Ia kehilangan teladannya sebagai pemangsa buas Old Trafford.
Pemain-pemain lain yang datang seperti yang kita lihat di line up terakhir, semuanya mentah dan compang-camping. Amrabat tak sekuat yang orang kira, ia nyaris kehilangan kepercayaan diri seperti Casemiro yang sering gagal menjadi destroyer. Tak ada gelandang Metronom di lini tengah seperti Rodri, Rice, Enzo, atau Holjberg di musim ini bagi Manchester United. Lini tengah mereka begitu menganga. Mason Mount bahkan jarang bermain, ia sering terganggu dengan cara main Bruno yang tidak seimbang dan sering dead lock. Sementara Sergio Reguilon yang datang untuk menambal posisi Shaw dan Malacia belum terlalu meyakinkan. Jonny Evans terlalu tua untuk bermain di Inggris, tenaganya sudah tidak seperti kuda. Dan nama terakhir yang dibeli United adalah kiper pelapis dari Fenerbahce, namanya Altay Bayindir. Ia datang dengan mengenakan nomor punggung 1 warisan David De Gea, namun tak ada yang bisa menggodanya sebab ia belum pernah sama sekali tampil.
Mari kita pahami apa yang Manchester United lakukan musim ini. Mereka sudah tersingkir sebagai juara bertahan di Carabao Cup, dikalahkan oleh tim yang mereka kalahkan di final musim lalu, Newcastle, 3-0 di kandang sendiri. Kemudian mereka kalah dengan City di kandang, semakin berantakan dan tampak seperti anak kecil bermain bola di depan teras sekolah, di laga paling ambigu itu Manchester United menelan kekalahan lagi, skornya memalukan pula. Di Liga Champions klub ini bahkan menjadi juru kunci, hasil dari 3 kali kekalahan dalam 4 kali pertandingan. Masih tersisa dua game lagi, mari kita lihat lelucon apa lagi yang mereka perbuat. Musim ini saja United telah kalah 9 kali dalam 16 laga, Ya Tuhan, bagiku ini yang terburuk. Di Liga Inggris, para penyerang mereka hanya mencetak 1 gol, sangat jauh dibandingkan gelandang mereka yang sudah mengumpulkan 9 gol. Sebetulnya di mana penyakitnya? Taktik yang usang atau memang pengaruh dari fisik dan badai cedera yang lagi-lagi datang di awal liga? Glazer semakin membuat buruk keadaan dengan simpang siurnya proses pelepasan Manchester United kepada para investor luar. Klub itu tak bisa membendung kritikan dan cemoohan dari pendukung dan media yang terus-menerus membuat mereka tertekan. Kini tak ada yang tahu ke mana nasib membawa Manchester United musim ini. Masih belum terlihat siapa pemain yang berlari membawa kartu as. Liga Inggris masih bisa dipertaruhkan. Tapi di Champions?
Lupakan saja.
Penulis
Agil Faturohman
Comments
Post a Comment