BERKUNJUNG KE PKD PMII SUNAN KUDUS, 2 KADER PMII SUNAN POJOK TERBEKALI ILMU

-
  

Tak heran jika kepengurusan di berbagai komisariat khususnya di jawa tengah mempunyai metode kaderisasi yang berbeda dan ciri khas yang unik guna terciptanya militansi kader yang berintelektual agamis dan nasionalis tak terkecuali pmii sunan pojok blora. Demi terciptanya kader tersebut, ketua komisariat pmii sunan pojok blora, achmad syaiful mujib mengisyaratkan kader-kader terbaiknya untuk wawancara dan meliput berita di berbagia kegiatan pmii komisariat sepantura timur (rembang,pati,jepara,kudus, grobogan,demak). Jika sebelumnya kader terbaiknya yang bernama mohammad shodikin sukses dan mendapatkan hasil yang memuaskan saat meliput dan wawancara di acara kegiatan SEKOLAH ASWAJA PMII JOYO KESUMO PATI yang berlokasi di kecamatan pucakwangi. Pati, sekarang giliran arif oi dan taufiqurrahman untuk wawancara dan meliput berita di Acara PELATIHAN KADER DASAR (PKD) PMII SUNAN KUDUS di Desa bulungcangking, Jekulo, Kudus.
Arif yang bertempat tinggal di desa gedongsari, kec.banjarejo kabupaten Blora sedangkan Taufik bertempat tinggal di desa mbrebag, kec. Ngawen kabupaten Blora berangkat bersama dari kampus mulai pukul 15.00 wib dan sampai di kota kudus sekitar pukul 18.00 wib. Sampai di lokasi dan istirahat sejenak mereka meliput dan berwawancara. Dan hasil dari liputan mereka adalah sebagai berikut :
1. Ketua panitia bernama : Syamsudin
2. Ketua komisariat : Rahmad hidayat
3. Jumlah peserta pkd : 176 orang (143 dari internal suku dan sisanya dari surakarta, rembang, pati,jepara dll)
4. Pantia : dari struktural pengurus rayon & komisariat
5. Acara dilaksanakan : hari jumat-senin ( 21-24 april 2017)
6. Metode yang digunakan : fasilitator, FGD, seminar, diskusi, simulasi Aksi, materi)
7. Tema kegiatan : rekonstruksi kader militan dalam mengawal ideologi aswaja di era globalisai.
8. Wawancara ketua panitia (syamsudin) : gagal
9. Wawancara ketua komisariat (rahmat hidayat) :
Rahmat hidayat selaku ketua komisariat pmii sunan kudus berpendapat, jika pmii di ibaratkan rumah, MASA PENERIMAAN ANGGOTA BARU (mapaba) merupakan gerbang pertama utk masuk dan follow up-nya sebagai halaman untuk beraktifitas sedangkan untuk mengetahui rumah beserta isinya kita perlu mengikuti PELATIHAN KADER DASAR (PKD) beserta follow up nya.'' tegas mahasiswa semeseter 8 itu.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

SASTRA FEMINIS, PEREMPUAN, DAN PERLAWANAN YANG TAK PERNAH PADAM.

-
Image
Pendidikan perempuan di taman siswa awal abad ke-20           • Saat menemukan rak-rak di toko buku penuh dengan judul-judul buku yang ditulis perempuan; dengan segera saya bisa mengidentifikasi hanya dengan mencerna diksi dan sinopsisnya. Penulis perempuan cenderung mengungkapkan situasi cerita, menggantungkan banyak kalimat pertanyaan yang nakal dan seksi, dan kadang-kadang timbul pula kontradiksi, meski hanya diwakili oleh beberapa, dan tak semua penulis perempuan saklek tentang pandangan ini, namun yang paling mencolok, selama saya menyelidiki; penulis perempuan tak bisa melarikan diri dari anggunnya feminisme. Itu istilah paling familiar dan sulit untuk digoda.            • Terkadang ada tema-tema perlawanan yang diangkat penulis perempuan, Nawal El Saadawi dianggap paling populer mewakili ini, walaupun ia bukan pencetus gerakan ini, tapi ia diperhitungkan lewat karya Perempuan di Titik Nol , melalui ciri utama tokoh perempuan yang mula-mula pasrah, kemudian lewat satu gejolak tib
Read more

PENGARUH CERITA RAKYAT DALAM PEMBENTUKAN NAMA BLORA

-
Image
a. Pendahuluan      Merujuk pada data yang tertulis, Tumenggung Wilatikta merupakan bupati pertama Kabupaten Blora, pengangkatannya dicatat juru tulis bertepatan hari Kamis Kliwon, tanggal 2 Sura tahun Alib 1675, dalam kalender Masehi, 11 Desember tahun 1749. Naiknya Tumenggung Wilatikta menjadi bupati Blora, merupakan peninggalan pemerintahan Mangkubumi yang telah mengalahkan Mataram.      Sampai dengan sekarang, dongeng tentang Blora: baik yang berupa folklor, dibualkan dari mulut ke mulut, maupun lontar dan babad kuno hanya sedikit yang menyinggung terkait penamaan kota Blora. Maka muncul pertanyaan yang mengusik pikiran. Mengapa kota yang 60% wilayahnya masihlah hutan belantara ini dinamakan Blora? Apa sebab-sebabnya, dan apakah ada literatur kuno yang menyinggung Blora sebelumnya, ini tentu perlu kita telisik dan perbaiki lagi kenyataannya. b. Permasalahan      Bila merujuk dalam pupuh Dandhang Gula , yang dikisahkan pada Babad Giyanti, pengangkatan Tumenggung Wilatikta ini
Read more