PENGERTIAN PENDIDIKAN


Berbicara tentang pendidikan, saya yakin pasti pikiran dari sebagian besar masyarakat langsung tertuju pada sekolahan, murid, guru, buku, dan apapun itu di dalam kegiatan belajar-mengajar. Lalu apakah yang disebut pendidikan itu adalah berbagai interaksi yang ada di sekolahan ?  ya, sekolahan memang bagian dari pendidikan. Akan tetapi pendidikan tidak melulu harus tentang sekolahan. Lantas, apa pengertian pendidikan yang sebenarnya ?.

Menurut bahasa Indonesia pendidikan berasal dari kata “didik” yang mempunyai relevansi makna dengan kata ajar, asuh, bimbing, jaga, pelihara, dan tuntun. Untuk menjadikan kata kerja yang sempurna dari kata “didik” tersebut, maka perlu diberi imbuhan “me” di depan kata menjadi “mendidik” yang menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) memiliki makna memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.

Kata “pendidikan” sendiri juga berasal dari kata kerja “didik” yang mendapatkan imbuhan pe-an di awal dan akhir kata. Imbuhan pe-an memiliki berbagai variasi bentuk atau alomorf seperti pem-an, peny-an, peng-an, pel-an, dan pen-an, yang berfungsi untuk merubah kata kerja atau kata sifat menjadi kata benda, dan memiliki makna untuk menyatakan tempat, menyatakan alat, atau  yang menyebabkan terjadinya sesuatu. Jadi pendidikan bisa diartikan sebagai tempat, wadah, atau alat untuk memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran manusia. Selain itu pendidikan juga bisa diartikan sebagai penyebab terpelihara dan terlatihnya akhlak baik dan kecerdasan pikiran manusia.

Untuk lebih memahami pendidikan, kali ini penulis akan memaparkan makna pendidikan dalam arti luas maupun pendidikan dalam arti sempit.

A. PENDIDIKAN DALAM ARTI SEMPIT

Dilihat dari maknanya yang sempit pendidikan selalu identik dengan sekolah atau sering disebut pendidikan formal. Berkaitan dengan hal ini, pendidikan adalah segala proses pengajaran yang diselenggarakan di sekolahan. pendidikan merupakan segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap peserta didik yang diserahkan kepadanya (sekolah) agar mempunyai kemampuan kognitif dan kesiapan mental yang sempurna dan berkesadaran maju yang berguna bagi mereka untuk terjun ke masyarakat, menjalin hubungan sosial, dan memikul tanggung jawab mereka sendiri sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. 

Pendidikan ini diselenggarakan secara administratif dan dengan kurikulum pengajaran yang pakem, yang mana step by step ilmu yang akan dipelajari siswa / peserta didik sudah dikonsep dan disiapkan sedemikian rupa sesuai kebutuhan dan perkembangan zaman. Selama proses pendidikan / persekolahan peserta didik dituntut untuk menguasai materi ilmu yang sudah dikurikulumkan dan lolos ujian di satu step tertentu untuk bisa melanjutkan pembelajaran ke step berikutnya dengan waktu yang telah ditentukan.

Pendidikan dalam artian sempit membagi proses pembelajaran menjadi berjenjang-jenjang. Dalam jenjang tertentu terbagi menjadi berbidang-bidang, dalam bidang tertentu terbagi menjadi berkelas-kelas, dan dalam kelas-kelas terbagi lagi menjadi kelas unggulan dan kelas biasa bahkan kelas rendahan. 

Seperti misal pada jenjang sekolah atas, ada SMA untuk bidang sains, kejuruan (SMK) untuk bidang tekhnik, dan  madrasah (MA)  untuk bidang agama islam. Jadi, cara pandang sempit ini membatasi proses pendidikan berdasarkan waktu atau masa pendidikan, lingkungan pendidikan, maupun bentuk kegiatan.

Bentuk kegiatan mencerminkan isi pendidikan yang disusun secara terprogram dengan kurikulum. Kegiatan pendidikan berorientasi pada kegiatan guru sehingga tetaplah guru yang mempunyai peranan sentral. Kegiatannya terjadwal, waktu, dan tempatnya sudah ditentukan. 

B. PENDIDIKAN DALAM ARTI LUAS

Banyak filsuf dan para pemikir mempertahankan pendidikan dalam maknanya yang luas dan menolak reduksi pendidikan ke dalam arti yang sempit, seperti perlembagaan pendidikan melalui sekolah dan kelompok belajar yang terlalu menekankan pada metode dan pengadministrasian yang kaku. Mereka berusaha mengenang pendidikan sebagai proses alamiah sekaligus bagian dari kehidupan.

Pendidikan merupakan proses tanpa akhir yang diupayakan oleh siapapun di dalam kehidupan manusia. R.S. Peters dalam bukunya The Philosophy Of Education berpendapat bahwa hakikatnya pendidikan tidak mengenal akhir (long life education) karena kehidupan manusia terus meningkat. 


Hal ini sangat berbanding terbalik dengan kondisi pendidikan Indonesia bahkan dunia saat ini, karena sesuai dengan mindset yang telah terbangun di masyarakat bahwasanya sekolah adalah satu-satunya tempat memperoleh pendidikan, yang mana proses pendidikan telah ditentukan waktu berakhirnya pembelajaran lengkap dengan tingkatan umur dan budget sebagai kualifikasi untuk bisa mendapatkan pendidikan.

Para kaum humanis romantik seperti John Holt, William Glasser, Jonatan Kozol, Carl Rogers, Ivan Illich, John Dewey, dan sebagainya, cenderung mendefinisikan pendidikan dalam arti yang sangat luas dan mengecam pendidikan di sekolah yang mereka jumpai. Sekolah, menurut mereka justru mendehumanisasikan kemanusiaan. Mereka, misalnya, mengkritik pola hubungan antara guru dengan murid yang otoriter dan sekolah yang memasung perkembangan individualitas.

Konsep yang diusung Ivan Illich dalam karyanya Deschooling society (masyarakat tanpa sekolah) bisa dipandang sebagai penolakan komprehensif terhadap sekolah formal yang memasung kebebasan dan perkembangan manusia. Sekolah dianggapnya sama sekali tidak memadai bagi perkembangan anak-anak dan kaum muda.

Dalam artinya yang luas, pendidikan adalah segala proses untuk mencerdaskan pikiran manusia, membentuk karakter (I’tiqot) baik, membangun kesadaran, dan menjadikan manusia seutuhnya. Pendidikan adalah kehidupan, bukan persiapan untuk hidup seperti orang-orang yang bercita-cita sukses versi industrialisme dan kapitalisme.


Writer : Muhamad Tauvikurr Rohman

Comments

Popular posts from this blog

SASTRA FEMINIS, PEREMPUAN, DAN PERLAWANAN YANG TAK PERNAH PADAM.

PENGARUH CERITA RAKYAT DALAM PEMBENTUKAN NAMA BLORA